Review Album: REBIRTH(2014) by Killing Me Inside





YEAHHH SI BENCONG KELUAR JUGAA!!!!!

Begitulah ekspresi saya ketika mendengar Onadio Leonardo , (mantan) vokalis Killing Me Inside cabut dari grup ini. Kenapa saya begitu tidak menyukai dia? Karena dialah yang mengubah karakter Killing Me Inside 180 derajat, semenjak kesuksesan album debut KILLMS, A Fresh Start For Something New(2008) yang waktu itu masih dimotori Sansan, dan Onad sebagai bassist sekaligus backing vocal. Semenjak Sansan cabut dan bergabung dengan Pee Wee Gaskins, posisi frontman diisi si lekong You Know Who,Lord Onad. Sosok yang dari luar kelihatan super gahar, dengan tatto dimana-mana, dan brewok yang ..ah saya terpaksa mengakuinya, cukup keren ini tapi suaranya  dan gaya diatas panggung yang agak ngondek gimana gitu, tidak seperti vokal band rock pada umumnya. Titik perubahan Killing Me Inside terjadi saat rilis album self titled(2010). Disitu, KILLMS bertransformasi jadi Kangen Band versi mendingan dikit. Single ‘Biarlah’ dan ‘Kamu’ menjadi puncak kekecewaan fans fase awal KILLMS, tapi sebaliknya lahirlah generasi fans baru cuci-cuci jemur-jemur ala Dahsyat. Mereka inilah fans garis keras Lord Onad hingga akhirnya dia cabut dari KILLMS.


Ouch.., my lord.


Oke, balik lagi ke topik awal kita, yaitu review album keempat Killing Me Inside yang berjudul REBIRTH. Yap, dua jempol patut kita berikan pada band ini, karena bongkar pasang rutin personel tidak menyurutkan niat mereka untuk terus maju dan memberikan musik yang terbaik. Dan hasil jerih payah mereka terbayar sudah lewat rilis REBIRTH, walau saat tengah-tengah pengerjaan albumnya mereka ditinggalkan sang Lord. Yah namanya juga Lord. Suka-suka ‘beliau’. Dan saya girang sekali ketika akhirnya album ini rilis, karena menurut gembar-gembor para personelnya, seperti Josaphat, mereka janji akan kembali ke musik awal di album ini. Dan janji mereka benar-benar terbukti! YIHA! Coba anda dengarkan single pertama mereka, ‘Young Blood’. Oh iya, saya lupa menyebutkan nama pengganti sang Lord ya? Oke, namanya adalah Vira Razak.  Iya cewek, bener kok. Itu bukan nama cowok. Imut-imut manis gitu. Pengen diemut deh. Hehehe. Yup, dia adalah bagian dari perubahan Killing Me Inside. Tapi dia bukan Widi Vierra, dia tak bisa screaming. Karena itu dia take clean vocal, dan bagian screamo dan growl diserahkan pada Ruyde. ‘Young Blood’ adalah bukti dari janji-janji mereka, tetap dengan musikalitas hebat ala jaman album pertama.  Bahkan menurut saya, ‘Young Blood’ lebih pantas disebut The Tormented 2 dibanding ‘For One Last Time’ di album One Reason(2012) yang dinyanyikan oleh Lord dengan apik..errr.. Sayangnya judulnya kurang sangar, apalagi kalau diterjemahin ke Indonesia. DARAH MUDA. Lah berasa dangdut aja judulnya DARAH MUDA.Hehehe. Dan beranjak ke lagu kedua yang penuh kejutan sebab ada suara Sansan disana. YUP, SANSAN. Sang mantan yang terkangen-able di KILLMS ini berduet dengan Vira membawakan lagu ‘Fake’. Sansan memang tidak ngescream disini, tapi powernya yang kuat memang sangat menonjol, membuat lagu ini sangat keren! Vira dan Sansan mampu saling melengkapi.

Lagu-lagu lain bertema nostalgia yang patut didengarkan antara lain ‘Never Surrender’ , ‘Leaving’, dan ‘Let It Go’. Banyak ya? Memang, karena itulah komitmen mereka. Namun, mereka tak lupa menyajikan pop manis peninggalan sang Lord dalam lagu ‘Kau dan Aku Berbeda’ dan ‘Hilang’. Plus remake ‘Biarlah’ dari album self titled. Tentunya tanpa nuansa ngondek ala-ala Lord. Amit-amit dah cyin.



Di setiap review seperti ini, saya selalu menyertakan kritik saya. Namun, apakah album ini layak dikritik setelah saya puji habis-habisan? Jika saya harus paksakan, dengan sangat terpaksa, telunjuk saya bakal mengarah ke Lord Onad. HAHAHA, LORD ONAD, IYA!!! Setelah saya mendengar lagu-lagu pop manis di album ini, tak bisa dipungkiri saya merindui sang Lord yang menyanyikannya. Dia sudah meninggalkan ciri khas yang dalam dalam setiap lagu pop mendayu ala KILLMS. Saya tidak menyalahkan Vira tidak becus dalam membawakannya, tapi suara Vira terasa kurang berkarakter dibandingkan Lord. Yap, LORD MEMANG BERKARAKTER. Makanya saya sebut dia LORD. Yah, semoga saja Vira Razak cepat-cepat belajar ke Lord bagaimana cara menjadi vokalis yang berkarakter. Hehehe sekian.

2 comments: