Pada 6 Mei 1998, sebuah laga akbar tersaji di Stadion Parc
de Princes, Paris, Prancis. Yup, disanalah laga all Italian final antara Inter
Milan vs SS Lazio dihelat pada final UEFA CUP 1997/1998. Laga bertajuk all
Italian final ini sebenarnya sudah terjadi beberapa kali, yang pertama di tahun
1990 dimana Juventus bertemu Fiorentina, setahun setelahnya ketika Inter
menghempaskan AS Roma, dan tahun 1995 ketika Parma berhasil menghentikan ambisi
Juventus meraih treble di musim tersebut. Semuanya terjadi di decade 90an,
belum lagi klub-klub Serie A lainnya yang tak pernah absen pada laga final,
kecuali di tahun 1996, yang menegaskan dominasi Serie A di kancah Eropa pada
tahun-tahun tersebut.
Singkat cerita, Inter Milan yang waktu itu masih memiliki
sang fenomena bernama Ronaldo, sedang frustrasi karena kesialan yang menimpa
mereka, gagal merebut scudetto yang sudah didepan mata dari Juventus akibat
duel kontroversial itu(semua pecinta Serie A lampau pasti mengetahuinya). Akibatnya,
mereka mencurahkan semua kekuatannya untuk menjuarai Piala UEFA untuk yang
ketiga kalinya. Kebetulan lawan mereka di final kali ini adalah Lazio, lawan
akrab mereka di Serie A. Asa pun dibumbungkan setinggi langit.
Dibawah ini adalah susunan skuad kedua tim.
Inter(4-3-1-2); Pagliuca, Fresi, Zanetti, Colonnese, West,
Djorkaeff, Simeone, Winter, Elias, Zamorano, Ronaldo.
Lazio(4-4-2);Marchegiani, Negro, Nesta, Grandoni, Favalli,
Fuser, Venturin, Nedved, Jugovic, Casiraghi, Mancini.
Walaupun begitu, Lazio sama sekali tak bisa diremehkan.
Mereka punya Pavel Nedved, ‘calon’ legenda Juventus yang terkenal dengan cannon
ball-nya, Roberto Mancini, Alessandro Nesta, dan Alen Boksic(walaupun
belakangan tidak tampil karena cedera).
Singkat cerita, peluit akhirnya berbunyi. Kedua tim memainkan
permainan ketat khas Italia. Tetapi, Inter yang punya skuad lebih mengkilau,
lebih banyak menyerang dan melepaskan
shot on goal. Gol pun tinggal menunggu
waktunya. Gol pertama terjadi di menit
kelima melalui Ivan Zamorano dengan finishing tingkat dunianya. Gol-gol
selanjutnya di menit 60 melalui Javier Zanetti(!) dan satu lagi, menit 70
melalui Il Phenomenan, Ronaldo Luiz Nazario da Lima. Lazio luluh lantak dalam
pertandingan ini. Satu lagi yang mendapat perhatian dunia kala itu adalah aksi
Ronaldo di gol ketiga dan pada keseluruhan laga yang membuktikan dirinya pantas
menyandang gelar Ballon D’Or setahun sebelumnya.
Laga ini pulalah yang sering dikenang sebagai awal dari
persahabatan(gamellagio) dua kelompok ultras dari kedua tim, Irriducibilli dari
Lazio dan Boys SAN dari Inter. Mereka sepakat untuk menjalani koalisi dan
persahabatan setelah keduanya mendapat gelar supporter terbaik dari UEFA pada
tahun itu. Sebuah kisah yang begitu unik mengingat kultur pendukung sepakbola
Italia yang fanatik, dan keras. Mirip seperti di Indonesia, walau jauh lebih
beradab dan lebih kreatif.
Sekian saja edisi Serie A Nostalgia kali ini. Forza Serie A
Italia!
0 komentar:
Post a Comment