Review Album: Gasebu by Mutiara(2016)



Kita tentu masih ingat di era pertengahan 2000-an ketika radio lokal begitu rajin memutar musik-musik pop manis diiringi vokal wanita yang fresh seperti Mocca atau Ten2Five. Selain di era penuh nostalgia itu, beberapa tahun kemudian ada band dari Filipina bernama MYMP yang mengusung genre serupa. Dan beruntungnya kita, di pertengahan tahun ini masih ada yang setia melestarikan musik semacam itu, yang datang dari seorang perempuan muda berusia 18 tahun bernama Mutiara.

Penyanyi asal Purwokerto itu merilis album perdananya berjudul Gasebu pada 16 April 2016. Dia merekam Gasebu di studio bernama sama, di sebuah universitas di kota Purwokerto yang tidak terlalu terdengar pergolakan kancahnya, kecuali satu nama band black metal yang kesohor sampai ke mancanegara bernama Santet. Meskipun genre yang diusung sebenarnya sudah akrab di telinga kita lewat Ten2Five atau Mocca, dia meracik musiknya dengan ciri khas tersendiri, yaitu dengan sentuhan blues yang kental di setiap petikan gitarnya yang syahdu.
Instagram @dickypurwa

Di album debutnya ini dia menulis semua lirik dan musiknya sendiri. Ada lima lagu yaitu Love Burn, Biru, Sad Man, Pilihan Terakhir, dan Dimensi Jiwa. Di album ini Mutiara dibantu oleh beberapa musisi lokal dari kotanya yaitu Diar Wisnu Paramarta, Aditya Bayu, dan Satria Ramadhan. Proses rekaman berlangsung selama sekitar satu bulan.

Semua lagu di album Gasebu berakar warna yang sama, dan satu hal yang menyatukan semuanya terletak pada karakter vokal Mutiara sendiri yang khas, selain petikan gitarnya tentu. Single pertamanya yaitu Love Burn bercerita tentang seseorang yang masih berharap walaupun sudah disakiti oleh orang yang dicintainya. Lagu berformat full band yang diiringi riff gitar rasa blues yang memabukkan. Keempat lagu lainnya pun bercita rasa yang serupa. Lirik yang apa adanya membawa jiwa kita ke narasi buku harian Mutiara tentang patah hati dan jatuh cinta yang penuh cita rasa nostalgia nan manis. kelima lagu di album Gasebu merupakan manifestasi cinta versi Mutiara yang jujur dan tidak muluk muluk, laiknya balita yang masih di timangan ibunya. Gasebu merupakan paket yang menyenangkan dari seorang musisi asal Purwokerto yang tidak hanya menjadi rintik hujan di tanah yang kering akan gejolak senandung musik itu, tapi juga di tanah air Indonesia yang masih terbilang miskin akan karya musik blues yang benar-benar bagus.

Walau album Gasebu ini masih seumur jagung, dan nama Mutiara sendiri masih cukup asing di kancah musik nusantara, tidak tertutup kemungkinan dengan potensi yang dimilikinya, nama Mutiara bisa semakin berkibar. Tentu saja dengan terus mengeksplor akar musik blues yang sudah dirintisnya. Dan yang terpenting di era kejayaan musik folk tanah air, Mutiara sudah membuktikan bahwa tidak harus menjadi folk untuk bisa menciptakan musik yang teduh.


2 comments: