Review Album: Popestar by Ghost(2016)






Jujur saja, pengetahuan saya soal metal-metalan adalah nol besar, sama seperti EDM(jika EDM termasuk genre musik). Seperti sebagian besar anak generasi 2010 keatas, perkenalan saya dengan musik metal atau hard rock dimulai dari euforia Avenged Sevenfold di kalangan anak sekolah ketika itu. A7X benar-benar membuat musik gedebag gedebug ini begitu ramah di anak Indonesia mulai dari SD sampai SMA. Semua anak berlomba-lomba memenuhi playlist di handphonenya dengan lagu-lagu A7X dari album City Of Evil dan seterusnya. Mereka juga menjadi rajin menabung untuk menonton konser A7X yang cukup sering hadir ke Indonesia waktu itu. 

Selain A7X, saya pun sempat mengikuti perkembangan band metal beken lainnya seperti Slipknot. Namun itu pun tak berlangsung lama sampai saya menemukan band metal baru yang tampilannya sangat mencolok seperti Slipknot. Band ini terdiri dari lima instrumentalis dengan topeng dan pakaian yang identik serta seorang vokalis bernama Papa Emeritus yang berpenampilan menyerupai Paus dari Vatikan, dengan versi yang menyeramkan. Mayoritas lirik lagu dari band ini dengan gamblang menggambarkan pemujaan terhadap setan. Terkejut? Anda tidak akan seterkejut itu jika mengetahui asal band ini yaitu dari Swedia, bagian Skandinavia yang merupakan tanah lahirnya band-band yang agak ‘menyimpang'. Yap, band ini bernama Ghost. Bagi yang menonton Grammy Award 2016, setidaknya pernah mendengar nama ini. Jelas, Ghost memenangkan penghargaan Penampilan Metal Terbaik untuk lagu Cirice. Sebuah penghargaan yang tidak buruk buruk amat untuk band sekelas Ghost, yang mana A7X dan Slipknot bahkan tak pernah memenangkan satupun Grammy Award sepanjang karirnya. Nah setelah ulasan diatas tentang keterbatasan pengetahuan saya tentang metal, review band metal kali ini mungkin akan menjadi review terjujur yang pernah saya tulis.



Jadi, 16 September 2016 lalu Ghost merilis EP terbarunya berjudul Popestar. Popestar ini tidak berdiri sendiri, melainkan sebagai perpanjangan dari album ketiga Ghost yaitu Meliora. Sekaligus juga merupakan peresmian untuk tur dunia tambahan mereka sebagai tindak lanjut dari Tur Meliora yang sukses besar. Popestar ini terdiri dari lima lagu dengan single pertamanya yang dirilis lebih dahulu berjudul ‘Square Hammer’. Lagu yang sangat ear catching, dengan intro yang kuat. Namun, jika dibandingkan dengan album pertama yaitu Opus Eponymous, Ghost mulai kehilangan sentuhan untuk membuat intro-intro yang membangun atmosfer creepy. Terbukti dari lagu ‘Square Hammer’ ini maupun keempat lagu sisanya. Namun untuk pendengar pemula, saya sangat merekomendasikan ‘Square Hammer’ ini, bersama ‘Cirice’ sebagai lagu Ghost yang paling ‘ramah’ di telinga pemula. Lalu lanjut ke lagu ke dua yaitu ‘Nocturnal Me’. Lagu yang paling lemah dalam EP ini, kita bisa dengan mudah melupakan lagu ini, bersama dengan lagu selanjutnya yaitu ‘I Believe’. Namun dari ‘I Believe’ kita bisa mendengar perubahan mendasar dari Ghost. Lagu ini bertempo lambat dengan iringan ornamen khas seperti kecapi kalau di Sunda. Mungkin saja ini bisa memberikan gambaran bagi kita untuk album keempat Ghost yang rencananya akan dirilis tahun depan. Lalu lanjut ke lagu ‘Missionary Man’ yang sangat funky dan mengasyikkan dengan pengaruh rock n roll yang cukup kental. Jarang jarang Ghost membuat lagu yang seperti ini. Begitupun dengan lagu terakhir yaitu Bible yang dengan sempurna menutup EP ini. Vokal Papa Emeritus III juga sangat prima di lagu ini. Namun begitu, saya menangkap perubahan warna vokal Papa di EP ini, dibanding ketiga album full sebelumnya yang cenderung memiliki warna vokal yang sama. Apakah mereka ganti vokalis di EP Popestar ini? Atau hanya sekedar efek studio? Entahlah, dengan sifat mereka yang penuh rahasia, kita hanya bisa menerka-nerka.





Secara keseluruhan, EP Popestar ini lumayan baik, walaupun tidak sedahsyat Meliora maupun kedua album sebelumnya. Dahsyat disini bermakna literal loh ya. Karena menurut saya ketiga album ini benar-benar memuaskan, dalam artian tidak ada satu lagu pun di ketiga album itu yang gagal memikat hati saya. Saya sendiri heran, kok musik yang seakan datang dari dunia kegelapan bisa seindah ini ya? Mungkin tuah Lucifer Agung sang pemilik cahaya memang nyata dan terbukti bahwa dia juga pencinta musik sejati. Begitupun dengan EP pertama berjudul If You Have Ghosts yang juga pure gold, menurut saya. Tidak heran apabila mereka diganjar Grammy Award untuk lagu Cirice di album Meliora. Itu pun setelah Meliora dinilai lebih mudah diterima pendengar di Amerika karena unsur satanis yang sedikit memudar dibanding kedua album sebelumnya. Saya berharap band ini terus berkarya dengan idealismenya untuk berpegang teguh di jalur okultisme ini tetap terjaga.Biarlah topeng yang menyembunyikan sosok manusia dibalik band ini tetap menjadi misteri, karena hanya karyalah yang akan hidup abadi. 20-30 tahun yang akan datang  semua orang akan membicarakan tentang band ini, dan Ghost akan resmi menjadi legenda musik yang akan dikenang umat manusia.

0 komentar:

Post a Comment