Desir #5 Eps 1



Lalu, tiba-tiba bis itu berhenti. Rem mendadak itu membuat beberapa orang yang berdiri di bus, termasuk kami, terjungkal ke depan. Aku merasakan sakit yang amat sangat di batok kepala. Sekilas terdengar ada suara kaca terpecah. Aku mencoba melihat kearah kursi supir. Akh, gila! Dia sudah mati! Dengan otak berceceran di kursi dan setiran bus. Ternyata dia ditembak di bagian kepala.

Beberapa saat kemudian, beberapa orang mendobrak pintu masuk bus, dengan membawa senapan otomatis dan topeng di bagian muka. “Tiaraaaap!!!” Teriak mereka.

Kami semua yang ada di bus otomatis tiarap di lantai. Mereka lalu melepaskan tembakan peringatan, agar kami semua tahu bahwa yang mereka bawa bukan senapan mainan, dan ini bukan serangan pura-pura. Aku sendiri, sambil menjatuhkan diri aku merogoh pisau lipatku di saku jaket.

“MANA YANG NAMANYA NAYA  SI JALANG ITU??!!!” , salah satu dari mereka berteriak.
“Shhhhttt….Jangan bergerak!” Aku berbisik kepada teman-temanku, termasuk wanita-yang-mengaku-pacarnya-Agas, si Janet Florine. Namun, yang mengherankan, wanita itu sangat tenang. Aku tanya dia, “Apakah kau baik-baik saja?” Dia jawab, “Sangat baik, Dery.”

Lalu dia pun berdiri, dan kemudian menunjuk ke arah Naya sembari berkata,

“Ini dia, kawan. Naya, si bangsat yang kalian cari-cari ini. Dia yang menyembunyikan rahasia tentang Ringo dan Agas. Laughin’ My F*ckin A*s Off, itu juga kata sandi yang dia buat, untuk memelintirkan fakta tentang ini semua!” Dia menarik rambut Naya, memaksanya berdiri, dan menaruh pisau di lehernya.  Sialan! Dia mata-mata, pikirku.

Janet menyerahkan Naya secara kasar kepada orang-orang bersenjata itu. Kasihan sekali Naya, wanita baik-baik itu harus terlibat dalam kasus yang sungguh membingungkan ini. Aku menyelipkan pisau di balik ketiakku, untuk digunakan pada saatnya. Aku merayap menuju kaki Janet, dan dengan sekali ancang-ancang, aku berhasil berdiri dengan cepat lalu memegang Janet sambil menaruh pisau di lehernya.
“AHA! Kini giliran kalian untuk membereskan masalah ini.  Lepaskan Naya, atau pisau ini yang akan membereskan semuanya!!!” , hardikku kepada orang-orang itu.

Mereka tidak bereaksi cepat. Beberapa diantara mereka malah menodongkan senapannya ke arah diriku. 
“OH. Jadi kalian main-main dengan pisauku. OKE.” , aku pun membuka tudung jaket yang menutup kepala Janet, lalu dengan sekali sayatan aku melukai bibirnya. Saat aku melihat wajahnya, Akh sialan! Ternyata dia sangat cantik! Aku telah melukai seorang wanita cantik. Tapi, sudah terlambat. Bukan saatnya untuk memikirkan hal semacam itu sekarang.

Darah mengucur deras dari bibirnya. Janet bergidik tanda ketakutan. Orang-orang itu tidak menunjukkan reaksi yang kuharapkan. Dalam hening, salah satu dari mereka, mungkin ketua kelompoknya,berjalan ke arahku dan menunjukkan tanda pengenal. Aku menatapnya tajam, dia pun begitu. Kami saling berpandangan. Rachel yang daritadi merinding ketakutan malah mengambil sebuah tas lalu melemparkannya ke lelaki tersebut, namun tidak kena. Duh, betapa bodohnya dia. Aku jadi menyesal melibatkan dia dalam prahara ini.


0 komentar:

Post a Comment